Minggu, 13 Juni 2010

Dosa terindah

Ditulis untuk mengingatkan diri sendiri

Mendengar kata2 itu rasanya agak sedikit aneh yah,setahu aku dosa adalah hasil atau harga yang harus dibayar dari sebuah perbuatan yang melanggar aturan agama atau disebut juga perbuatan maksiat. Perbuatan dimana kita telah menggadaikan iman demi kenikmatan sesaat. Mungkin saat kita melakukannya (perbuatan dosa) kita tengah lalai dan khilaf, entah kemana perginya iman kala hal itu terjadi.
Sebagai manusia yang tiada sempurna, pastinya aku juga telah banyak melakukan perbuatan dosa. Tapi sebisa mungkin aku berusaha untuk tidak berbangga hati dengan menyebutnya 'dosa terindah', karena dengan begitu tidak akan timbul penyesalan atas perbuatan tersebut, padahal syarat diterimanya taubat adalah dengan adanya penyesalan dan berazam untuk tidak melakukannya lagi. Bagaimana mungkin kita merasa menyesal kalau hati dan lisan kita mengatakan kalau hal itu adalah indah, karena kata 'indah' itu identik dengan sesuatu yang enak dilihat,enak didengar bahkan enak untuk dikenang. Padahal kita harus menyesali setiap perbuatan dosa yang telah kita lakukan. Memang terkadang kitalah yang membuat diri kita terbiasa dengan hal-hal seperti itu, membiarkan diri kita terus terjerumus dalam lembah dosa, menyepelekan perbuatan dosa hanya karena terbungkus dengan kata-kata "indah". Lalu masih pantaskah semua hal ini dikatakan indah jika saat besok atau lusa kita terbangun dari tidur panjang dengan dada yang sesak, karena sebuah penyesalan, masih pantaskah disebut indah jika setiap malam kita bersujud membasahi sajadah dihadapan Allah karena malu,sedih,gundah dan gulana karena telah melakukan hal tersebut? Masih pantaskah?? Dosa adalah dosa, tidak ada "dosa terindah" yang ada tinggallah penyesalan. Tidak dapat lagi berandai-andai 'jika saja waktu itu tidak aku lakukan', tidak dapat lagi kita kembali mengulang waktu dan menghapusnya dari kisah hidup kita, karena ibarat menoreh pisau dibatang pohon, mungkin sakitnya telah hilang, getahnya pun telah kering tetapi ia tetap meninggalkan bekas. Tapi biarlah ianya tinggal bersama masa yang telah berlalu, biarlah bayangnya menghilang seiring terbitnya mentari dipagi hari.
Izinkanlah hatimu membuka semangat yang baru dihari yang baru...

terinspirasi dari gosip yg belakangan lg hangat ttg video pripacy artis yg bocor dan dikonsumsi umum, Kalo ketauan umum aja udah malu apalagi nanti di padang mashar diliatin sama makhluk seluruh alam dari jamannya nabi Adam a.s. Smp umat akhir zaman,astaghfirullah bener2 harus segera muhasabah diri,
juga karena denger sbuah lagu yg syairnya mengatakan 'ingin menjadikan ini sbg dosa terindah' (yee..enak di ente ga enak di ane :D )

14juni2010,isnin dini hari..

Makna Ibadah


Berawal dari pertanyaan salah seorang sahabat tentang ibadah, dia tanya "kalo menurut kamu ibadah itu seperti apa sih, perbuatan yang bagaimana agar smuanya bisa bernilai ibadah??" jawab ku simple aja "kalo menurut aku ibadah itu segala sesuatu yang diniatkan untuk mendapat ridho Allah dan dijalani sesuai dengan syariat yang diajarkan oleh rasulullah SAW".
dari sini saya mencoba mencari-cari tentang makna ibadah ,dari beberapa info yang saya dapat ternyata makna ibadah itu luas banget.

*kalo pengertian dari bahasa indonesia sendiri sih Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Arab. Arti kata ini adalah:
1.perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama.
2.segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti pemeluknya.
3.upacara yang berhubungan dengan agama.

*kalo menurut al Qur'an
Pengertian ibadah dapat ditemukan melalui pemahaman bahwa :
1.Kesadaran beragama pada manusia membawa konsekwensi manusia itu melakukan penghambhaan kepada tuhannya. Dalam ajaran Islam manusia itu diciptakan untuk menghamba kepada Allah, atau dengan kata lain beribadah kepada Allah (Adz-Dzaariyaat QS. 51:56).
2.Manusia yang menjalani hidup beribadah kepada Allah itu tiada lain manusia yang berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Yaasiin QS 36:61)
3.Sedangkan manusia yang berpegang teguh kepada apa yang diwahyukan Allah, maka ia berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Az Zukhruf QS. 43:43).

Dengan demikian apa yang disebut dengan manusia hidup beribadah kepada Allah itu ialah manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu Allah.
Jadi pengertian ibadah menurut Al Quran tidak hanya terbatas kepada apa yang disebut ibadah mahdhah atau Rukun Islam saja, tetapi cukup luas seluas aspek kehidupan yang ada selama wahyu Allah memberikan pegangannya dalam persoalan itu.
Itulah mengapa umat Islam tidak diperkenankan memutuskan suatu persoalan hidupnya sekiranya Allah dan Rasul-Nya sudah memutuskan perkara itu (Al Ahzab QS. 33:36)

*kalo dari artikel yang aku baca di sebuah link
Oleh: Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan

Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja' (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh." [Adz-Dazariyat : 56-58]

Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala . Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembahNya sesuai dengan aturan syari'atNya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembahNya tetapi dengan selain apa yang disyari'at-kanNya maka ia adalah mubtadi' (pelaku bid'ah). Dan siapa yang hanya menyembahNya dan dengan syari'atNya, maka dia adalah muk-min muwahhid (yang mengesakan Allah).

Dan untuk menyempurnakan ibadah kita ini ada syarat2nya yaitu

menurut Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-’Utsaimin

Perlu diketahui bahwa mutaba’ah (mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) tdk akan tercapai kecuali apabila amal yg dikerjakan sesuai dgn syari’at dalam enam perkara.

Pertama : Sebab.

Jika seseorang melakukan suatu ibadah kpd Allah dgn sebab yg tdk disyari’atkan, maka ibadah tersebut ialah bid’ah dan tdk diterima (ditolak). Contoh : Ada orang yg melakukan shalat tahajud pada malam dua puluh tujuh bulan Rajab, dgn dalih bahwa malam itu ialah malam Mi’raj Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (dinaikkan ke atas langit). Shalat tahajud ialah ibadah, tetapi krn dikaitkan dgn sebab tersebut menjadi bid’ah. Karena ibadah tadi didasarkan atas sebab yg tdk ditetapkan dalam syari’at. Syarat ini -yaitu : ibadah hrs sesuai dgn syari’at dalam sebab - ialah penting, krn dgn demikian dpt diketahui beberapa macam amal yg dianggap termasuk sunnah, namun sebenar ialah bid’ah.

Kedua : Jenis.

Arti : ibadah hrs sesuai dgn syari’at dalam jenisnya. Jika tdk, maka tdk diterima. Contoh : Seorang yg menyembelih kuda untuk kurban ialah tdk sah, krn menyalahi ketentuan syari’at dalam jenisnya. Yang boleh dijadikan kurban yaitu unta, sapi dan kambing.

Ketiga : Kadar (Bilangan).

Kalau seseorang yg menambah bilangan raka’at suatu shalat, yg menurut hal itu diperintahkan, maka shalat tersebut ialah bid’ah dan tdk diterima, krn tdk sesuai dgn ketentuan syari’at dalam jumlah bilangan rakaatnya. Jadi, apabila ada orang shalat zhuhur lima raka’at, umpamanya, maka shalat tdk sah.

Keempat : Kaifiyah (Cara).

Seandai ada orang berwudhu dgn cara membasuh tangan, lalu muka, maka tdk sah wudhu krn tdk sesuai dgn cara yg ditentukan syari’at.

Kelima : Waktu.

Apabila ada orang yg menyembelih binatang kurban pada hari pertama bulan Dzul Hijjah, maka tdk sah, krn waktu melaksanakan tdk menurut ajaran Islam.

Saya pernah mendengar bahwa ada orang bertaqarub kpd Allah pada bulan Ramadhan dgn menyembelih kambing. Amal seperti ini ialah bid’ah, krn tdk ada sembelihan yg ditujukan untuk bertaqarrub kpd Allah kecuali sebagai kurban, denda haji dan akikah. Adapun menyembelih pada bulan Ramadhan dgn i’tikad mendpt pahala atas sembelihan tersebut sebagaimana dalam Idul Adha ialah bid’ah. Kalau menyembelih ha untuk memakan dagingnya, boleh saja.

Keenam : Tempat.

Andaikata ada orang beri’tikaf di tempat selain masjid, maka tdk sah i’tikafnya. Sebab tempat i’tikaf hanyalah di masjid. Begitu pula, andaikata ada seorang wanita hendak beri’tikaf di dalam mushalla di rumahnya, maka tdk sah i’tikafnya, krn tempat melakukan tdk sesuai dgn ketentuan syari’at, Contoh lain : Seseorang yg melakukan thawaf di luar Masjid Haram dgn alasan krn di dalam sudah penuh sesak, tahawaf tdk sah, krn tempat melakukan thawaf ialah dalam Baitullah tersebut, sebagaimana firman Allah Ta’ala.

“Arti : Dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yg thawaf”. [Al-Hajj : 26].
Kesimpulan dari penjelasan di atas, bahwa ibadah seseorang tdk termasuk amal shaleh kecuali apabila memenuhi dua syarat, yaitu :

Pertama : Ikhlas
Kedua : Mutaba’ah.

Kedua syarat ini terangkum dalam firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS: Al Kahfi: 110).

Beramal sholih maksudnya yaitu melaksanakan ibadah sesuai dengan tata cara yang telah diajarkan oleh Nabi, dan tidak mempersekutukan dalam ibadah maksudnya mengikhlashkan ibadah hanya untuk Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata.

Hal ini diisyaratkan pula dalam firmanNya, yang artinya: ”(Tidak demikian) dan bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Alloh, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Robbnya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS: Al-Baqoroh: 112).

Menyerahkan diri kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala berarti mengikhlashkan seluruh ibadah hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala saja. Berbuat kebajikan (ihsan) berarti mengikuti syari’at Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam.

Syarat pertama (ikhlash) merupakan konsekuensi dari syahadat pertama (persaksian tiada sesembahan yang benar kecuali Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata). Sebab persaksian ini menuntut kita untuk mengikhlashkan semua ibadah kita hanya untuk Alloh Subhanahu wa Ta’ala saja.
Sedang syarat kedua (mutaba’ah) adalah konsekuensi dari syahadat kedua (persaksian Nabi Muhammad -shollallohu ‘alaihi wa sallam- sebagai hamba dan utusan-Nya).

do'aku padaMu

do'aku padaMu
di stiap hati manusia ada godspot..dimana kita butuh untuk berdo'a memohon kepadaNYA